Tari Kecak: Sejarah, Makna hingga Tempat Pertunjukannya
Tari Kecak Budaya Bali yang di Kenal Wisata Dunia – Tari Kecak, sebuah seni tari ikonik yang berasal dari Bali, memukau penonton dengan keunikannya. Dalam pertunjukan ini, puluhan penari pria duduk melingkar dalam pola yang teratur, membentuk lingkaran yang dinamis. Dengan semangat kolektif, mereka melantunkan “cak, cak, cak” dalam irama yang khas, mengangkat kedua lengan mereka dengan gerakan serempak. Suara dan gerakan ini menciptakan harmoni yang memikat, menggambarkan kekuatan dan keindahan budaya Bali yang kental. Setiap detik pertunjukan menampilkan sinergi antara tubuh, suara, dan ritme, menjadikannya pengalaman visual dan auditori yang tidak terlupakan, merayakan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.
Dalam buku karya Resi Septiana Dewi yang berjudul “Keanekaragaman Seni Tari Nusantara”, dalam menarikan tari kecak para penari duduk melingkar dan mengenakan kain khas Bali yang bermotif kotak-kotak seperti papan catur yang ditaruh di pinggang. Beberapa penari juga memerankan tokoh-tokoh seperti Rama, Shinta, Rahwana hingga Hanoman.
1. Sejarah
Di tahun 1930-an, seniman Bali bernama Wayan Limbak dan pelukis asal Jerman bernama Walter Spies menciptakan tarian kecak. Tarian ini terinspirasi dari ritual tradisional yang dilakukan masyarakat Bali yang kemudian diadaptasi dalam cerita Ramayana dalam kepercayaan Hindu untuk dipertontonkan sebagai pertunjukkan seni saat turis datang ke Bali.
Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laki bertelanjang dada dan mengenakan kain kotak-kota di pinggang hingga atas dengkul.
Tari kecak pertama kali dipentaskan di beberapa desa saja salah satunya adalah Desa Bona, Gianyar. Namun berkembang ke seluruh daerah di Bali dan selalu dihadirkan saat kegiatan-kegiatan seperti festival yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.
2. Jumlah Penari Kecak
Umumnya tari kecak dimainkan oleh 50 penari laki-laki. Dari semua penari akan mengeluarkan suara “cak” sehingga membentuk musik secara akapela. Satu orang akan bertindak sebagai pemimpin yang memberikan nada awal, seorang lagi bertindak sebagai penekan yang bertugas memberikan tekanan nada tinggi atau rendah dan seorang lagi bertindak sebagai dalang yang mengantarkan alur cerita.
Di tahun 1979, tari kecak pernah dilakukan oleh 500 penari. Namun rekor tersebut dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan kecak kolosal dengan 5.000 penari pada 29 September 2006.
3. Gerakan dan Properti Tari Kecak
Gerak penari kecak tidak harus mengikuti pakem-pakem tari yang diiringi oleh gamelan. Sehingga dalam ini gerak tubuh penari lebih santai dan yang lebih diutamakan adalah jalan cerita dan perpaduan suara.
Tarian kecak juga disebut dengan ritual sanghyang. Dalam tarian ini ada beberapa properti yang terlihat yaitu bara api, bunga kamboja, gelang kerincing, selendang hitam putih, topeng hingga tempat sesaji yang membuat tari kecak terkesan semakin sakral dan mistis.
4. Makna Pertunjukkan Tari Kecak
Saat menonton Tari Kecak, baca skrip ringkas yang disertakan dengan tiketmu. Ini akan membantumu memahami makna mendalam dari tarian yang memikat, memastikan pengalamanmu tidak hanya visual tetapi juga penuh wawasan tentang pesan yang disampaikan.
merupakan ritual shangyang atau tradisi menolak bala yang diselipkan kisah Ramayana di dalamnya. Tari kecak menceritakan tentang pencarian Permaisuri Shinta, Raja Rama dibantu oleh Hanoman. Hanoman lalu memporakporandakan tempat penyekapan Permaisuri Shinta dengan membakarnya. Namun Hanoman justru terkepung oleh prajurit Raja dan Rahwana dan hampir terbakar.
Pada awalnya Raja Rama mengalami kekalahan, tetapi tidak menyurutkan kesungguhan Raja Rama menyelamatkan permaisurinya. Raja Rama berdoa dengan sungguh dan kemudian berusaha kembali. Pada akhirnya Raja Rama dapat menyelamatkan Permaisurinya.
mengajarkan bahwa kasih yang tulus, dipadu dengan doa dan kesungguhan, akan selalu menang. Melalui gerakan dan alunan yang memikat, pertunjukan ini menekankan kekuatan cinta dan tekad dalam mengatasi segala rintangan.
5. Lokasi Pertunjukkan Tari Kecak
Tari Kecak, dengan keunikan dan energinya yang memikat, dapat disaksikan di beberapa lokasi ikonik. Pura Luhur Uluwatu, dengan latar belakang tebing curam yang dramatis dan panorama laut yang memukau, menawarkan pengalaman menonton yang magis saat matahari terbenam. Di sisi lain, Garuda Wisnu Kencana, dengan patung raksasa dan area pertunjukan yang luas, menghadirkan suasana yang megah dan grandios untuk menikmati pertunjukan Kecak. Kedua tempat ini tidak hanya menyediakan tontonan yang menakjubkan tetapi juga menambahkan nuansa yang mendalam, membuat setiap penampilan Kecak menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Di masa pandemi ini, mengalami transformasi unik. Para penari, yang sebelumnya meresapi atmosfer magis dan energetik dari pertunjukan, kini tampil dengan mengenakan alat pelindung diri (APD), yang mengubah visualisasi tradisional mereka. Sementara itu, penonton yang biasanya duduk rapat, kini diatur untuk menjaga jarak, memastikan kesehatan dan keselamatan semua pihak. Meski penampilannya berbeda, semangat dan keindahan tetap terpancar. Adaptasi ini bukan hanya mengatasi tantangan pandemi, tetapi juga menunjukkan kekuatan budaya dalam beradaptasi dan terus melestarikan tradisi di tengah situasi yang berubah.